
BPBJ NEWS – Transformasi digital
terus dilakukan Pemerintah, salah satunya dengan transformasi ketepatan sasaran
bantuan sosial melalui pendekatan berbasis teknologi digital. Upaya tersebut
dilakukan sebagai respon atas permasalahan mendasar yang telah lama membayangi skema
bansos nasional, yakni mistargeting atau salah sasaran. Bantuan sosial
yang lebih tepat sasaran, transparan, dan berkelanjutan, dapat diwujudkan
melalui pemanfaatan Digital Public Infrastructure (DPI) yang mencakup
identitas digital, pertukaran data, dan pembayaran digital.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) menegaskan dukungannya terhadap upaya pemerintah dalam
mewujudkan ketepatan sasaran bantuan sosial melalui transformasi digital
aplikasi Perlindungan Sosial (Perlinsos). Hal ini disampaikan Sekretaris Utama
LKPP Iwan Herniwan, yang hadir dalam Rapat Koordinasi Pelaksanaan Piloting
Digitalisasi Bansos di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Kamis, (02/10/2025).
Rapat yang dipimpin langsung Ketua Dewan
Ekonomi Nasional Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri Sosial
Saifullah Yusuf (Gus Ipul) tersebut menjadi momentum penting dalam memperkuat
tata kelola bansos berbasis teknologi. Adapun Banyuwangi dipilih sebagai lokasi
uji coba karena memiliki karakter geografis beragam, mulai dari pesisir,
pegunungan, hingga daerah dengan keterbatasan sinyal.
Pemerintah berharap, aplikasi Perlinsos
akan menjadi gerbang utama bagi masyarakat untuk mendaftar bansos secara
mandiri atau melalui pendamping. Sistem ini dilengkapi teknologi pemindaian
wajah dan integrasi data untuk mencegah bantuan ganda serta memastikan bansos
diterima pihak yang benar-benar berhak.
Ditemui di sela-sela kegiatan, Sekretaris
Utama LKPP Iwan Herniwan menegaskan bahwa digitalisasi dalam program bansos ini
selaras dengan upaya pemerintah memperkuat sistem pengadaan dan penyaluran yang
transparan, akuntabel, dan tepat sasaran.
“LKPP memandang digitalisasi bansos ini
bukan hanya soal teknologi, tetapi juga bagian dari reformasi tata kelola.
Dengan adanya sistem yang terintegrasi, praktik moral hazard dan
penyalahgunaan kewenangan dapat ditekan, sehingga penerima manfaat benar-benar
sesuai dengan data aktual,” ujar Iwan.
Selain LKPP, rapat koordinasi ini juga
dihadiri oleh perwakilan lintas kementerian/lembaga, antara lain Wakil Menteri
Bappenas, Wakil Menteri Dalam Negeri, Wakil Menteri PANRB, Kepala BPS, Bupati
Banyuwangi, serta perwakilan Bank Dunia.
Iwan Herniwan menambahkan bahwa kehadiran
LKPP dalam forum ini merupakan bentuk dukungan dan komitmen lembaga untuk terus
berkolaborasi memperkuat integritas program perlindungan sosial.
“Kami percaya,
keberhasilan digitalisasi bansos akan berdampak langsung pada penguatan dan
kemerataan ekonomi. Dari sisi tata kelola, ini sejalan dengan misi LKPP dalam
membangun sistem yang kredibel, efisien, dan bebas dari praktik koruptif,”
pungkasnya.
Melalui pilot project
Perlinsos di Banyuwangi, pemerintah berharap program digitalisasi bansos dapat
direplikasi secara nasional mulai 2026 dengan dukungan seluruh
kementerian/lembaga terkait, termasuk LKPP dalam aspek tata kelola pengadaan
dan transparansi distribusi.